Minggu
Palma
Disebut Minggu Palma
karena pada hari ini Gereja menyediakan daun palma untuk diberkati dan
digunakan oleh umat. Hanya ada satu Injil yang dengan jelas menyebutkan
penggunaan daun palma ini yakni Injil Yohanes. Dalam Yohanes 12:13 dituliskan,
“Mereka (orang banyak) mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia
sambil berseru: Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja
Israel!” Jadi nama Hari Minggu Palma dan tradisi upacara pemberkatan serta
perarakan dengan daun palma sebenarnya berdasarkan cerita Injil dari Injil
Yohanes ini. Arti daun palma itu menjadi jelas dari konteks ceritanya, yaitu
peristiwa Yesus dielu-elukan, disoraki, disalami sebagai raja, yang datang
dalam nama Tuhan untuk membawa damai. Maka daun palma yang dilambai-lambaikan
merupakan tanda pujian dan kemuliaan, kemenangan dan damai.
Kamis
Putih
Kamis Putih adalah hari
pertama dari Tri Hari Suci Paskah. Pada hari ini kita merayakan kembali perjamuan
Malam Terakhir yang dilakukan Yesus bersama 12 Rasul. Disebut sebagai perjamuan
terakhir, karena pada malam itu Yesus mengadakan perjamuan yang terakhir
bersama dengan murid-muridNya. Yesus menunjukkan kasihNya hingga rela
kehilangan nyawa bagi umat manusia. Pada malam itu Yesus menyerahkan tubuh dan
darahNya pada Bapa di Surga dalam wujud roti dan anggur yang diberikan kepada
para rasul.
Jumat
Agung
Suasana yang sunyi,
nyanyian tanpa musik, altar yang kosong, tabernakel terbuka lebar, lampu merah
yang menandakan kehadiran Tuhan dipadamkan, lampu gereja yang mati. Jumat Agung
adalah hari kita memperingati wafat Kristus. Pada hari itu seluruh umat Katolik
diharapkan melakukan tindakan pantang dan puasa. Satu hal penting yang perlu
kita ketahui adalah seluruh perayaan yang kita lakukan pada Jumat Agung adalah
ibadat dan bukan Perayaan Ekaristi. Pada hari Jumat Agung tidak ada peristiwa
konsekrasi atau Doa Syukur Agung yang biasa dilakukan Imam. Komuni yang
dibagikan pada Ibadat Jumat Agung adalah hosti yang dikonsekrasikan pada malam
sebelumnya (Kamis Putih). Dan Sakramen yang boleh diberikan pada Hari Jumat
Agung hanyalah Sakramen Tobat dan Perminyakan.
Sabtu
Suci/Sunyi
Pada Hari Sabtu pagi
sampai menjelang malam, Gereja tidak melakukan kegiatan peribadatan apapun.
Tabernakel masih terbuka dan lampu tabernakel juga masih mati. Selain itu,
tempat air suci di pintu-pintu masuk gereja juga dikeringkan. Suasana terasa
muram. Sakramen yang boleh dibagikan pada hari itu pun hanya Sakramen Tobat dan
Perminyakan. Gereja memang tidak melakukan kegiatan peribadatan apa pun selama
Sabtu suci, karena Gereja masih mengenangkan Yesus yang berada di dalam makam.
Sepanjang pagi sampai sore di hari Sabtu itu, Gereja mengajak umat untuk hening
dan merenungkan sengsara dan wafat Tuhan di kayu salib, memberitahu umat bahwa
Yesus sedang turun ke dunia orang mati; dan menanti dengan penuh kerinduan
kebangkitan Yesus dengan berdoa dan berpuasa.
Malam
Paskah
Berbeda dengan suasana
Sabtu Suci/Sunyi yang hening dan begitu muram. Malam Paskah adalah saat di mana
kita merasakan sukacita besar sambil berjaga-jaga menantikan kebangkitan Tuhan.
Yesus yang wafat akhirnya beralih dari alam kematian menuju kebangkitan. Pada
perjanjian lama, Malam Paskah merupakan peristiwa penantian lewatnya Tuhan di
Tanah Mesir untuk membebaskan Bangsa Israel dari perbudakan Firaun. Saat Malam
Paskah ini juga umat Katolik akan memperbaharui kembali Sakramen Baptis yang
telah diterima. Malam Paskah dapat juga disebut dengan vigili Paskah. Vigili
berasal dari kata vigilis yang
artinya berjaga-jaga atau bersiap-siap. Pada perayaan Malam Paskah ini kita
berjaga-jaga bersama Yesus. Bersiap-siap menantikan kebangkitan Yesus dari
kematian menuju kehidupan yang baru. Tata cara perayaan Paskah dijalankan oleh
Gereja Katolik didasarkan pada dekrit Ad
Vigiliam Paschalem (tentang vigili Paskah) yang dikeluarkan oleh Paus Pius
XII pada tahun 1951.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar