Kamis, 06 April 2017

PEKAN SUCI: PERINGATAN SENGSARA, WAFAT dan KEBANGKITAN TUHAN

Minggu Palma
Disebut Minggu Palma karena pada hari ini Gereja menyediakan daun palma untuk diberkati dan digunakan oleh umat. Hanya ada satu Injil yang dengan jelas menyebutkan penggunaan daun palma ini yakni Injil Yohanes. Dalam Yohanes 12:13 dituliskan, “Mereka (orang banyak) mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru: Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!” Jadi nama Hari Minggu Palma dan tradisi upacara pemberkatan serta perarakan dengan daun palma sebenarnya berdasarkan cerita Injil dari Injil Yohanes ini. Arti daun palma itu menjadi jelas dari konteks ceritanya, yaitu peristiwa Yesus dielu-elukan, disoraki, disalami sebagai raja, yang datang dalam nama Tuhan untuk membawa damai. Maka daun palma yang dilambai-lambaikan merupakan tanda pujian dan kemuliaan, kemenangan dan damai.
Kamis Putih
Kamis Putih adalah hari pertama dari Tri Hari Suci Paskah. Pada hari ini kita merayakan kembali perjamuan Malam Terakhir yang dilakukan Yesus bersama 12 Rasul. Disebut sebagai perjamuan terakhir, karena pada malam itu Yesus mengadakan perjamuan yang terakhir bersama dengan murid-muridNya. Yesus menunjukkan kasihNya hingga rela kehilangan nyawa bagi umat manusia. Pada malam itu Yesus menyerahkan tubuh dan darahNya pada Bapa di Surga dalam wujud roti dan anggur yang diberikan kepada para rasul.
Jumat Agung
Suasana yang sunyi, nyanyian tanpa musik, altar yang kosong, tabernakel terbuka lebar, lampu merah yang menandakan kehadiran Tuhan dipadamkan, lampu gereja yang mati. Jumat Agung adalah hari kita memperingati wafat Kristus. Pada hari itu seluruh umat Katolik diharapkan melakukan tindakan pantang dan puasa. Satu hal penting yang perlu kita ketahui adalah seluruh perayaan yang kita lakukan pada Jumat Agung adalah ibadat dan bukan Perayaan Ekaristi. Pada hari Jumat Agung tidak ada peristiwa konsekrasi atau Doa Syukur Agung yang biasa dilakukan Imam. Komuni yang dibagikan pada Ibadat Jumat Agung adalah hosti yang dikonsekrasikan pada malam sebelumnya (Kamis Putih). Dan Sakramen yang boleh diberikan pada Hari Jumat Agung hanyalah Sakramen Tobat dan Perminyakan.
Sabtu Suci/Sunyi
Pada Hari Sabtu pagi sampai menjelang malam, Gereja tidak melakukan kegiatan peribadatan apapun. Tabernakel masih terbuka dan lampu tabernakel juga masih mati. Selain itu, tempat air suci di pintu-pintu masuk gereja juga dikeringkan. Suasana terasa muram. Sakramen yang boleh dibagikan pada hari itu pun hanya Sakramen Tobat dan Perminyakan. Gereja memang tidak melakukan kegiatan peribadatan apa pun selama Sabtu suci, karena Gereja masih mengenangkan Yesus yang berada di dalam makam. Sepanjang pagi sampai sore di hari Sabtu itu, Gereja mengajak umat untuk hening dan merenungkan sengsara dan wafat Tuhan di kayu salib, memberitahu umat bahwa Yesus sedang turun ke dunia orang mati; dan menanti dengan penuh kerinduan kebangkitan Yesus dengan berdoa dan berpuasa.
Malam Paskah

Berbeda dengan suasana Sabtu Suci/Sunyi yang hening dan begitu muram. Malam Paskah adalah saat di mana kita merasakan sukacita besar sambil berjaga-jaga menantikan kebangkitan Tuhan. Yesus yang wafat akhirnya beralih dari alam kematian menuju kebangkitan. Pada perjanjian lama, Malam Paskah merupakan peristiwa penantian lewatnya Tuhan di Tanah Mesir untuk membebaskan Bangsa Israel dari perbudakan Firaun. Saat Malam Paskah ini juga umat Katolik akan memperbaharui kembali Sakramen Baptis yang telah diterima. Malam Paskah dapat juga disebut dengan vigili Paskah. Vigili berasal dari kata vigilis yang artinya berjaga-jaga atau bersiap-siap. Pada perayaan Malam Paskah ini kita berjaga-jaga bersama Yesus. Bersiap-siap menantikan kebangkitan Yesus dari kematian menuju kehidupan yang baru. Tata cara perayaan Paskah dijalankan oleh Gereja Katolik didasarkan pada dekrit Ad Vigiliam Paschalem (tentang vigili Paskah) yang dikeluarkan oleh Paus Pius XII pada tahun 1951.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar