Saudara-saudari
terkasih, benang merah dari 3 bacaan yang kita dengar hari ini (Minggu Biasa VII, 19 Feb. 2017) ialah
Penggilan untuk Hidup Kudus. “Tuhan berfirman kepada Musa, ‘Berbicaralah kepada
segenap jemaah Israel, dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku,
Tuhan, Allahmu, kudus.” Ini dituliskan dalam bacaan pertama. Dan dalam bacaan
kedua dituliskan, “Saudara-saudara, camkanlah sungguh-sungguh, bahwa kamu
adalah Bait Allah, dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu. Jika ada orang yang
membinasakan Bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab Bait Allah
adalah kudus, dan kamulah Bait Allah itu.”
Kudus berarti suci,
bersih, murni, sakral, bebas dari dosa dan tidak najis. Sesuatu disebut kudus
dan suci karena dikhususkan atau diperuntukkan bagi Tuhan. Tuhan adalah dasar
kesucian.
Konsili Vatikan II, melalui
Konstitusi Dogmatis tentang Gereja (LG, No. 40), menyatakan bahwa semua kaum
beriman kristiani dipanggil untuk hidup suci. Pernyataan konsili itu ditegaskan
kembali dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK), Kan. 210 yang menyatakan, “Semua orang
beriman kristiani, sesuai dengan kedudukan khasnya, harus mengarahkan tenaganya
untuk menjalani hidup yang kudus dan memajukan perkembangan Gereja serta
pengudusannya yang berkesinambungan.”
Hidup kudus dan suci
ialah hidup menuju kesempurnaan cinta kasih. Hidup suci tampak pada buah-buah
rahmat yang dihasilkannya berkat naungan Roh Kudus, yakni kasih, sukacita,
damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan
penguasaan diri (bdk. Gal 5:22-23a), yang menjadi nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
Beberapa hal praktis
untuk dilakukan disampaikan kepada kita lewat bacaan-bacaan hari ini untuk
mengejar kekudusan dan kesucian yakni “Jangan membenci saudaramu, jangan
mendatangkan dosa, jangan menuntut balas, jangan menaruh dendam, jangan
memegahkan diri atas manusia, jangan melawan orang yang berbuat jahat kepadamu
dan kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
Karena dengan demikian kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga. Karena itu
haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar