Jumat, 03 Februari 2017

SANTO LOUIS MARTIN DAN SANTA MARIE-AZẼLIE GUẼRIN PASUTRI KUDUS YANG MELAHIRKAN ORANG KUDUS

Louis Joseph Aloys Stanislaus Martin lahir pada tanggal 22 Agustus 1823 di Bordeaux, Gironde—Perancis. Ia adalah anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Pierre-François Martin dan Marie-Anne-Fanie Boureau.
Marie-Azélie Guérin dilahirkan di Gandelain, dekat St. Denis-sur-Sarthon, Orne, Perancis, pada tanggal 23 Desember 1831. Zélie adalah putri kedua dari pasangan Isidore Guérin dan Louise-Jeanne Macé.
Louis dan Zélie bertemu pertama kali di Jembatan St. Leonard pada bulan April 1858. Jembatan ini sering dilalui oleh Zélie. Suatu hari Zélie melintasi jembatan tersebut dan berpapasan dengan Louis. Zélie sangat terkesan dengan penampilan Louis, seorang pemuda yang mencerminkan sikap dan martabat seorang bangsawan. Lalu, Zélie mendengar suara di dalam hatinya, “Inilah dia yang Kusediakan bagimu.” Louis dan Zélie akhirnya berkenalan dan dengan cepat mereka dapat saling mencintai dan menghargai satu dengan yang lainnya.

KEHIDUPAN PERKAWINAN LOUIS DAN ZÉLIE
Tiga bulan setelah pertemuan pertama mereka, Louis dan Zélie memutuskan untuk menikah. Pada tanggal 12 Juli 1858, jam 10 malam, Louis dan Zélie menikah di catatan sipil. Dua jam kemudian pada tengah malam tanggal 13 Juli 1858, mereka mengucapkan janji setia pernikahan di Gereja Notre-Dame di hadapan Pastor Hurel, pastor paroki St. Leonard.
Kehidupan perkawinan yang mereka jalani berbeda dengan kehidupan perkawinan pada umumnya. Karena Louis dan Zélie dulu pernah berkeinginan untuk menjalani kehidupan membiara, maka mereka sepakat untuk tetap mempertahankan kemurnian mereka bagi Tuhan. Selama sepuluh bulan mereka menjalani kehidupan perkawinan yang seperti ini. Kemudian, karena bapa pengakuan mereka menyarankan mereka memerhatikan panggilan mereka sebagai orang tua, maka Louis dan Zélie mengubah pandangan mereka. Mereka pun hidup layaknya pasangan suami istri pada umumnya dan memutuskan untuk memiliki anak. Perkawinan mereka dikaruniai sembilan orang anak, walaupun hanya lima anak yang dapat bertahan hidup dan kelimanya menjadi suster.
Supaya lebih dekat dengan anaknya, Louis memberikan “julukan” kepada masing-masing anaknya. Marie adalah permatanya, Pauline adalah mutiaranya, Céline adalah si pemberani dan malaikat pelindung, sedangkan Thérèse adalah ratu kecilnya.

KEMATIAN ZÉLIE MARTIN
Tahun 1865, Zélie divonis dokter terkena kanker payudara. Sejak saat itu Zélie merasa bahwa hidupnya di dunia tidak lama lagi. Ia berdoa, “Jika Tuhan ingin menyembuhkan saya, saya akan sangat bahagia, karena jauh di lubuk hati, saya ingin hidup. Rasa sakit saya adalah meninggalkan suami dan anak-anak saya. Namun, jika saya tidak sembuh, itu mungkin karena saya akan lebih berguna jika saya pergi.”
Pada malam tanggal 26 Agustus 1877 Louis pergi ke Gereja Bunda Maria untuk meminta pastor memberikan Sakramen Perminyakan Orang Sakit dan Komuni Kudus kepada Zélie. Tanggal 28 Agustus 1877, pukul setengah dua belas tengah malam, Zélie meninggal dunia.       Setelah kematian Zélie, Pauline, Marie, Theresia, dan Céline menjadi biarawati Karmelit satu demi satu bersama dengan sepupunya, Marie Guérin. Sedangkan, Leonie menjadi Suster Visitasi setelah sebelumnya mencoba kehidupan religius di Biara St. Klara.

KESEHATAN LOUIS MEMBURUK
Setelah Thérèse masuk Biara Karmel, pada tahun 1888 Louis jatuh sakit. Ia terpaksa dirawat di Bon Sauveur, Caen. Tanggal 10 Januari 1889, Louis menghadiri prosesi pemakaian jubah biara Thérèse. Tak lama setelah acara tersebut, Louis terkena penyakit stroke diikuti dengan arteriosklerosis otak yang menyebabkan ia kehilangan ingatan, kemampuan berbicara, dan halusinasi. Atas saran dari saudara iparnya, Isidore Guérin, Léonie dan Céline memutuskan untuk merawat ayahnya di Bon Sauveur, Caen pada tanggal 12 Februari 1889. Di rumah sakit tersebut, Louis menghabiskan banyak waktunya di kapel dan menerima Komuni Kudus setiap hari ketika dia merasa cukup sehat. Louis berbagi segala sesuatu yang diberikan kepadanya dengan pasien lain dan ia tidak pernah mengeluh meskipun ia merasa menderita karena dipisahkan dari keluarganya.

KEMATIAN LOUIS MARTIN
Pada bulan Mei 1894, Céline pergi ke Caen. Saat ia berada di sana, pamannya mengirimkan telegram yang mengatakan bahwa tanggal 27 Mei Louis terkena stroke serius yang menyebabkan lengan kirinya lumpuh. Mendengar kabar ini, Céline segera pulang. Saat itu Louis menerima Sakramen Perminyakan Orang Sakit. Bulan Juni Louis terkena serangan jantung yang serius. Sementara itu Céline masih berada di Katedral untuk mengikuti Misa. Pamannya segera memanggilnya dan ia berlari sepanjang perjalanan pulang karena takut kalau dia tidak bisa tiba pada waktunya. Louis tampak benar-benar kelelahan dan memiliki kesulitan besar dengan pernapasannya.
Tanggal 28 Juli Louis terkena serangan jantung kembali dan kembali ia menerima Sakramen Perminyakan Orang Sakit. Sejak saat itu Céline selalu menemani ayahnya dan ia berdoa kepada Yesus, Maria, dan Yusuf agar ayahnya dapat meninggal dunia dengan bahagia. Ketika Céline selesai berdoa, Louis memandangnya dengan penuh cinta dan rasa syukur. Lalu, Louis memejamkan matanya. Isidore dan Céline Guérin datang ke kamar Louis dan Isidore menekan bibir Louis beberapa kali dengan salib yang dibawanya. Saat itu napasnya telah menjadi sangat lemah. Pada hari Minggu 29 Juli 1894, Louis meninggal dunia.

TELADAN HIDUP LOUIS DAN ZÉLIE MARTIN
Louis dan Zélie adalah teladan kekudusan bagi keluarga-keluarga Kristiani. Di rumah, mereka selalu berusaha menciptakan suasana penuh iman dan sukacita. Mereka selalu berusaha agar anak-anak mereka menyadari bahwa mereka sangat dicintai dan melatih mereka melakukan kebajikan-kebajikan. Selain itu, ada beberapa kebiasaan yang dilakukan bersama-sama dalam keluarga Martin ini, antara lain:
·     Tiap pagi hari pukul 05.30 merayakan Ekaristi.
·     Mendoakan Ibadat Harian setiap hari di hadapan patung Bunda Maria.
·     Selalu hadir dalam Misa mingguan dan benar-benar mengkhususkan hari Minggu sebagai hari Tuhan.
·     Pada saat makan bersama, selalu dibacakan bacaan rohani.
·     Melakukan ziarah rohani ke tempat-tempat suci di Perancis.
·     Louis biasa melakukan retret pribadi di Biara Trapis, sedangkan Zélie di Biara St. Klara.
Louis dan Zélie tidak dapat mengendalikan situasi apa yang akan mereka hadapi. Mereka tidak dapat menghindar dari berbagai tragedi dalam hidup, seperti perang Franco-Prussian di mana mereka harus menerima sembilan orang tentara Jerman di dalam rumah mereka; kematian keempat anaknya; penyakit yang mereka derita. Mereka juga tidak bisa melarikan diri dari tanggung jawab sebagai pemilik bisnis, suami istri, orang tua, dan pemerhati orang yang miskin dan menderita. Sumber kekuatan mereka terletak dari cara mereka menerima segala sesuatu yang terjadi dalam hidup mereka. Mereka menerima ketidakberdayaan mereka dan percaya bahwa hanya Tuhan yang berkuasa atas seluruh kehidupan mereka.
Gereja menggelari pasangan Louis dan Zélie Martin sebagai pasangan kudus untuk menunjukkan bahwa panggilan kepada kekudusan adalah panggilan untuk semua orang Kristiani. Mereka adalah pahlawan-pahlawan dalam kehidupan sehari-hari. Almarhum Paus Yohanes Paulus II mengatakan: “Ke-heroik-an harus menjadi keseharian, dan keseharian harus menjadi sesuatu yang heroik.”
Pasangan Louis dan Zélie Martin dinyatakan "terhormat" pada tanggal 26 Maret 1994 oleh Paus Yohanes Paulus II. Kemudian, Paus Benediktus XVI membeatifikasi pasangan ini pada Hari Misi Sedunia tanggal 19 Oktober 2008 di Basilika St. Theresia di Lisieux, Perancis oleh Kardinal Jose Saraiva Martins. Pada tanggal 18 Oktober 2015, mereka digelarkan menjadi santo dan santa oleh Paus Fransiskus. Gereja memperingati pasangan Louis dan Zélie Martin setiap tanggal 12 Juli. Mereka menjadi pasangan suami istri pertama dalam sejarah Gereja yang digelarkan kudus sebagai sebuah pasangan dan dijadikan menjadi Pelindung Keluarga.


1 komentar:

  1. halo pastor, apa kabar... mantap tulisan na pastor, pas lagi hulului tentang orang kudus on... adong do buku sumber tentang St. Louis Martin on di pastor...???

    BalasHapus