Louis Joseph Aloys Stanislaus
Martin lahir pada tanggal 22 Agustus 1823 di Bordeaux, Gironde—Perancis. Ia
adalah anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Pierre-François Martin
dan Marie-Anne-Fanie Boureau.
Marie-Azélie Guérin dilahirkan
di Gandelain, dekat St. Denis-sur-Sarthon, Orne, Perancis, pada tanggal 23
Desember 1831. Zélie adalah putri kedua dari pasangan Isidore Guérin dan
Louise-Jeanne Macé.
Louis dan Zélie bertemu pertama
kali di Jembatan St. Leonard pada bulan April 1858. Jembatan ini sering dilalui
oleh Zélie. Suatu hari Zélie melintasi jembatan tersebut dan berpapasan dengan
Louis. Zélie sangat terkesan dengan penampilan Louis, seorang pemuda yang
mencerminkan sikap dan martabat seorang bangsawan. Lalu, Zélie mendengar suara
di dalam hatinya, “Inilah dia yang Kusediakan bagimu.” Louis dan Zélie akhirnya
berkenalan dan dengan cepat mereka dapat saling mencintai dan menghargai satu
dengan yang lainnya.
KEHIDUPAN PERKAWINAN
LOUIS DAN ZÉLIE
Tiga bulan setelah pertemuan
pertama mereka, Louis dan Zélie memutuskan untuk menikah. Pada tanggal 12 Juli
1858, jam 10 malam, Louis dan Zélie menikah di catatan sipil. Dua jam kemudian
pada tengah malam tanggal 13 Juli 1858, mereka mengucapkan janji setia
pernikahan di Gereja Notre-Dame di hadapan Pastor Hurel, pastor paroki St.
Leonard.
Kehidupan perkawinan yang
mereka jalani berbeda dengan kehidupan perkawinan pada umumnya. Karena Louis
dan Zélie dulu pernah berkeinginan untuk menjalani kehidupan membiara, maka
mereka sepakat untuk tetap mempertahankan kemurnian mereka bagi Tuhan. Selama
sepuluh bulan mereka menjalani kehidupan perkawinan yang seperti ini. Kemudian,
karena bapa pengakuan mereka menyarankan mereka memerhatikan panggilan mereka
sebagai orang tua, maka Louis dan Zélie mengubah pandangan mereka. Mereka pun
hidup layaknya pasangan suami istri pada umumnya dan memutuskan untuk memiliki
anak. Perkawinan mereka dikaruniai sembilan orang anak, walaupun hanya lima
anak yang dapat bertahan hidup dan kelimanya menjadi suster.
Supaya lebih dekat dengan
anaknya, Louis memberikan “julukan” kepada masing-masing anaknya. Marie adalah
permatanya, Pauline adalah mutiaranya, Céline adalah si pemberani dan malaikat
pelindung, sedangkan Thérèse adalah ratu kecilnya.
KEMATIAN ZÉLIE MARTIN
Tahun 1865, Zélie divonis
dokter terkena kanker payudara. Sejak saat itu Zélie merasa bahwa hidupnya di
dunia tidak lama lagi. Ia berdoa, “Jika Tuhan ingin menyembuhkan saya, saya akan
sangat bahagia, karena jauh di lubuk hati, saya ingin hidup. Rasa sakit saya
adalah meninggalkan suami dan anak-anak saya. Namun, jika saya tidak sembuh,
itu mungkin karena saya akan lebih berguna jika saya pergi.”
Pada malam tanggal 26 Agustus
1877 Louis pergi ke Gereja Bunda Maria untuk meminta pastor memberikan Sakramen
Perminyakan Orang Sakit dan Komuni Kudus kepada Zélie. Tanggal 28 Agustus 1877,
pukul setengah dua belas tengah malam, Zélie meninggal dunia. Setelah kematian Zélie, Pauline, Marie, Theresia,
dan Céline menjadi biarawati Karmelit satu demi satu bersama dengan sepupunya,
Marie Guérin. Sedangkan, Leonie menjadi Suster Visitasi setelah sebelumnya
mencoba kehidupan religius di Biara St. Klara.
KESEHATAN LOUIS
MEMBURUK
Setelah Thérèse masuk Biara
Karmel, pada tahun 1888 Louis jatuh sakit. Ia terpaksa dirawat di Bon Sauveur,
Caen. Tanggal 10 Januari 1889, Louis menghadiri prosesi pemakaian jubah biara
Thérèse. Tak lama setelah acara tersebut, Louis terkena penyakit stroke diikuti
dengan arteriosklerosis otak yang menyebabkan ia kehilangan ingatan, kemampuan
berbicara, dan halusinasi. Atas saran dari saudara iparnya, Isidore Guérin,
Léonie dan Céline memutuskan untuk merawat ayahnya di Bon Sauveur, Caen pada
tanggal 12 Februari 1889. Di rumah sakit tersebut, Louis menghabiskan banyak
waktunya di kapel dan menerima Komuni Kudus setiap hari ketika dia merasa cukup
sehat. Louis berbagi segala sesuatu yang diberikan kepadanya dengan pasien lain
dan ia tidak pernah mengeluh meskipun ia merasa menderita karena dipisahkan
dari keluarganya.
KEMATIAN LOUIS MARTIN
Pada bulan Mei 1894, Céline
pergi ke Caen. Saat ia berada di sana, pamannya mengirimkan telegram yang
mengatakan bahwa tanggal 27 Mei Louis terkena stroke serius yang menyebabkan
lengan kirinya lumpuh. Mendengar kabar ini, Céline segera pulang. Saat itu
Louis menerima Sakramen Perminyakan Orang Sakit. Bulan Juni Louis terkena
serangan jantung yang serius. Sementara itu Céline masih berada di Katedral
untuk mengikuti Misa. Pamannya segera memanggilnya dan ia berlari sepanjang
perjalanan pulang karena takut kalau dia tidak bisa tiba pada waktunya. Louis
tampak benar-benar kelelahan dan memiliki kesulitan besar dengan pernapasannya.
Tanggal 28 Juli Louis terkena
serangan jantung kembali dan kembali ia menerima Sakramen Perminyakan Orang
Sakit. Sejak saat itu Céline selalu menemani ayahnya dan ia berdoa kepada
Yesus, Maria, dan Yusuf agar ayahnya dapat meninggal dunia dengan bahagia.
Ketika Céline selesai berdoa, Louis memandangnya dengan penuh cinta dan rasa
syukur. Lalu, Louis memejamkan matanya. Isidore dan Céline Guérin datang ke
kamar Louis dan Isidore menekan bibir Louis beberapa kali dengan salib yang
dibawanya. Saat itu napasnya telah menjadi sangat lemah. Pada hari Minggu 29
Juli 1894, Louis meninggal dunia.
TELADAN HIDUP LOUIS
DAN ZÉLIE MARTIN
Louis dan Zélie adalah teladan
kekudusan bagi keluarga-keluarga Kristiani. Di rumah, mereka selalu berusaha
menciptakan suasana penuh iman dan sukacita. Mereka selalu berusaha agar
anak-anak mereka menyadari bahwa mereka sangat dicintai dan melatih mereka
melakukan kebajikan-kebajikan. Selain itu, ada beberapa kebiasaan yang
dilakukan bersama-sama dalam keluarga Martin ini, antara lain:
·
Tiap pagi hari pukul 05.30
merayakan Ekaristi.
·
Mendoakan Ibadat Harian setiap
hari di hadapan patung Bunda Maria.
·
Selalu hadir dalam Misa
mingguan dan benar-benar mengkhususkan hari Minggu sebagai hari Tuhan.
·
Pada saat makan bersama, selalu
dibacakan bacaan rohani.
·
Melakukan ziarah rohani ke
tempat-tempat suci di Perancis.
·
Louis biasa melakukan retret
pribadi di Biara Trapis, sedangkan Zélie di Biara St. Klara.
Louis dan Zélie tidak dapat
mengendalikan situasi apa yang akan mereka hadapi. Mereka tidak dapat
menghindar dari berbagai tragedi dalam hidup, seperti perang Franco-Prussian di
mana mereka harus menerima sembilan orang tentara Jerman di dalam rumah mereka;
kematian keempat anaknya; penyakit yang mereka derita. Mereka juga tidak bisa
melarikan diri dari tanggung jawab sebagai pemilik bisnis, suami istri, orang
tua, dan pemerhati orang yang miskin dan menderita. Sumber kekuatan mereka
terletak dari cara mereka menerima segala sesuatu yang terjadi dalam hidup
mereka. Mereka menerima ketidakberdayaan mereka dan percaya bahwa hanya Tuhan
yang berkuasa atas seluruh kehidupan mereka.
Gereja menggelari pasangan
Louis dan Zélie Martin sebagai pasangan kudus untuk menunjukkan bahwa panggilan
kepada kekudusan adalah panggilan untuk semua orang Kristiani. Mereka adalah
pahlawan-pahlawan dalam kehidupan sehari-hari. Almarhum Paus Yohanes Paulus II
mengatakan: “Ke-heroik-an harus menjadi keseharian, dan keseharian harus
menjadi sesuatu yang heroik.”
Pasangan Louis dan Zélie Martin
dinyatakan "terhormat" pada tanggal 26 Maret 1994 oleh Paus Yohanes
Paulus II. Kemudian, Paus Benediktus XVI membeatifikasi pasangan ini pada Hari
Misi Sedunia tanggal 19 Oktober 2008 di Basilika St. Theresia di Lisieux,
Perancis oleh Kardinal Jose Saraiva Martins. Pada tanggal 18 Oktober 2015,
mereka digelarkan menjadi santo dan santa oleh Paus Fransiskus. Gereja
memperingati pasangan Louis dan Zélie Martin setiap tanggal 12 Juli. Mereka
menjadi pasangan suami istri pertama dalam sejarah Gereja yang digelarkan kudus
sebagai sebuah pasangan dan dijadikan menjadi Pelindung Keluarga.
halo pastor, apa kabar... mantap tulisan na pastor, pas lagi hulului tentang orang kudus on... adong do buku sumber tentang St. Louis Martin on di pastor...???
BalasHapus