Tema utama Masa
Prapaskah adalah persiapan Paskah, atau lebih tepat persiapan inisiasi
katekumen ke dalam persekutuan penuh dengan jemaat. Menurut kebiasaan yang sudah
cukup lama, masa ini berlangsung selama 40 hari. Selama masa ini seluruh jemaat
berjalan seiring dengan para calon yang akan diinisiasikan, dan dengan mereka
yang kembali ke pangkuan iman atau bertobat. Kalau pun tidak ada katekumen yang
disiapkan untuk pembaptisan, Masa Prapaskah tetap merupakan masa penyegaran
pembaptisan: mendengarkan Injil dengan rajin dan tekun, mengalami mati dan
bangkit, yang merupakan inti pembaptisan.
Prapaskah adalah masa
yang amat penting. Masa Prapaskah dibuka dengan pemberkatan abu yang kemudian
dioleskan pada dahi umat. Abu merupakan gambaran masa suram, akhir segala
sesuatu, tetapi juga awal segala sesuatu. Pada Hari Rabu Abu, seluruh umat
Katolik, baik pemimpin maupun umat, ditandai dengan abu. Abu ini mengundang
kita untuk merefleksikan kehidupan kita yang sangat sibuk, untuk mawas diri.
Liturgi pada Hari Rabu Abu ditandai dengan pemberkatan abu. Pemberkatan ini
ditopang dengan bacaan Alkitab, dan juga dengan mazmur serta nyanyian lain pada
hari ini.
Bacaan-bacaan Hari
Minggu Prapaskah, khususnya Tahun A, berkaitan erat satu sama lain. Bahkan bacaan
Injil hari-hari Minggu Prapaskah dapat dipadukan dan menjadi “Injil Prapaskah”,
suatu kisah yang secara utuh disajikan oleh Masa Prapaskah. Semua itu berbicara
tentang kita, semua itu merupakan kisah aktual kita, baik sebagai pribadi
maupun sebagai umat. Bacaan-bacaan Injil dapat menjadi titik awal dalam mencari
bentuk liturgi selama pekan-pekan Prapaskah. Apa suasana khas masa Prapaskah?
Bagaimana dinamikanya? Semua itu dibangun oleh banyak unsur yang mewarnai
Prapaskah: bacaan, renungan, puasa, hiasan, tata warna, tata gerak, dan
lain-lain. Semua itu ikut memberikan andil dan dorongan dalam melaksanakan
Praspaskah, baik dalam kehidupan pribadi maupun umat.
Liturgi Hari Minggu
selama Masa Prapaskah menuntut konsistensi dalam nyanyian, tata warna dan dinamika
yang merangkai keenam pekan menjadi masa yang terpadu. Semua ini membuat Masa
Prapaskah sungguh khas. Hal ini nyata dalam cara Prapaskah dilaksanakan:
Prapaskah berbeda dengan Masa Biasa dan masa-masa yang lain, bukan hanya dalam
syair nyanyian, tetapi juga dalam saat hening, ketenangan, pemilihan
perlengkapan untuk perarakan, dalam pajang dan meriahnya acara tobat. Suasana
prapaskah juga tampak dalam penggunaan ulangan khusus untuk Mazmur Tanggapan,
dalam aklamasi Injil, dalam rumus pemberkatan, dalam cara pengutusan; dalam
tata warna dan tata hias ruang ibadat; dalam upaya-upaya khusus untuk
menyajikan kutipan Alkitab dalam bentuk dramatisasi. Kalau semua ini dipadukan
dan seluruh umat terlibat di dalamnya, maka Prapaskah sungguh akan menjadi
pengalaman yang unik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar